cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Psikologika : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi
ISSN : 14101289     EISSN : 25796518     DOI : -
Core Subject : Education,
Psikologika - Journal of Discourse and Research on Psychology, publishes research and innovative ideas on psychology. Psikologika is published by Department of Psychology, Islamic University of Indonesia. Psikologikan coverage the fields on clinical psychology, educational psychology, developmental psychology, industrial and organizational psychology, social psychology, islamic psychology, and psychological testing. Psychology is published 2 times a year in January and July.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 22 No. 1 (2017)" : 6 Documents clear
Proses Koping Religius pada Wanita Dengan Kanker Payudara Zahra Devina Nurmahani
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art2

Abstract

Penelitian  ini  menggunakan  pendekatan  kualitatif  fenomenologis   yaitu untukmemahami pengalaman yang disadari oleh responden dalam proses koping religiusyang dilakukan beserta pengaruh dari koping religius dan faktor yangmempengaruhi  proses koping religius tersebut. Pengumpulan data menggunakanteknik  wawancara  dan observasi.  Responden  pada  penelitian  ini berjumlah  tigaorang wanita yang didiagnosis kanker payudara. Responden diambil berdasarkankriteria dalam penelitian ini.Hasil  penelitian   menunjukkan   bahwa  koping  religius   memiliki   peranpenting  bagi  responden   da lam  menghadapi   kanker  payudara  ataupun   dalamkehidupan sehari-hari. Proses koping religius dalam penelitian ini dibagi menjadi4 fase yaitu koping religius pada fase gejala, fase diagnosis, fase pengobatan danpada   fase  pemaknaan   terhadap   sakit.  Koping   religius   yang   dilakukan   olehresponden ada yang muncul pada setiap fase meskipun ada juga beberapa kopingreligius yang tidak muncul lagi di fase lain. Koping religius yang banyak munculpada fase diagnosis sampai fase pengobatan yaitu fase yaitu berdoa dan beribadah(sholat  tahajud  dan  berdzikir),  sedangkan  pada  fase  pemaknaan  terhadap  sakityaitu sakit adalah cobaan/ujian dari Allah. Pengaruh yang dirasakan denganmelakukan  koping  religius  yaitu  ketenangan,  kelegaan,  kepuasan,  kenikmatandalam  beribadah,  terkontrol  emosi  dan pikiran,  serta  merasa  dipermudah  dalamberbagai hal. Beberapa faktor yang mempengaruhi koping religius yaitu pengaruh(pendidikan/belajar) dari orang-orang terdekat (orang tua, suami, guru agama),penghayatan  dari pengalaman  hidup, pengha yatan dan pengalaman  atas kegiatankeagamaan dan ibadah yang dilakukan, dan budaya.Kata kunci : Koping Religius, Wanita Kanker Payudara
Hubungan antara Kelekatan dengan Orangtua dan Keintiman Dalam Bepacaran pada Dewasa Awal Cahyaning Utami; Heru Astikasari Setya Murti
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art3

Abstract

Attachment is a lasting effective bond characterized by a tendency to seek and maintain the closeness of one individual to another, which can provide a sense of security, depending on the quality of the relationship. Based on the quality of the relationship, indivisuals will develop an internal working model that can lasts throughout a lifetime and will likely to affect the intimate relationships during adulthood. The aim of this research was to investigate the relationship between attachment and intimacy in young adults. One hundred and four subjects participated in this research, consisted in early adulthood between the age of 20 to 30 years old, who were in a relationship dating.  The instruments of this research is Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) scale and Personal Assessment of Intimacy in Relationship (PAIR) scale. The research shows a corelation beetwen parent attachment (mother) and intimacy r = 0,320 p = 0,001 (p<0,05) and corelation of parent attachment (father) with intimacy r = 0,256 p = 0,009 (p<0,05). The result shows a significant positive relationship between parent attachment and intimacy it means thehigher of the attachment then will also higher of intimacy in relatioonship.   Keywords: attachment, intimacy, young adulthood
Dinamika Resiliensi Remaja Yang Pernah Mengalami Kekerasan Orang Tua Ratih Ambarwati; Pihasniwati .
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art4

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dinamika resiliensi remaja yang pernah mengalami kekerasan orang tua, menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi terbentuknya resiliensi tersebut, serta mengetahui dampak yang muncul akibat dari tindak kekerasan yang dialami. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang dengan kriteria remaja yang berusia 13 sampai 19 tahun, laki-laki atau perempuan, dan bersedia menjadi subjek penelitian. Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang pernah menjadi korban kekerasanorang tua bisa bangkit dari keterpurukannya di masa lalu dan hal tersebut dipengaruhi oleh faktor protektif dan faktor resiko. Faktor protektif berupa karakteristik individu yang kuat dan mau untuk berubah, relasi dan dukungan sosial yang diperoleh, adanya kegiatan bermanfaat yang dilakukan, suasana kehidupan yang berbeda & lebih nyaman, memilikiminat & bakat, serta memiliki kapasitas untuk belajar. Faktor resiko remaja untuk bisa resiliensi diantaranya kurang adanya kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan pelaku kekerasan, belum adanya pemaafan, dan masih ada ketergantungan terhadap masa lalu yang menyakitkan seperti marah, sedih, dan takut ketika teringat tentang kejadian kekerasan yang pernah dialami. Remaja memiliki resiliensi yang terwujud dalam beberapa aspek yaitu remaja memiliki nilai positif dan penilaian yang baik terhadap kehidupan saat ini, perubahan fisik yang lebih baik, memiliki harapan dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya sendiri, independent, optimis, memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah, memiliki impuls kontrol dan efikasi diri, bisa mengambil pelajaran dari kehidupan, realistis terhadap hal-hal baik yangbisa dilakukan, serta memliki rasa syukur.Kata kunci : resiliensi, remaja, kekerasan orang tua
Pelatihan Berpikir Positif Terhadap Konsep Diri Remaja yang Tinggal Di Panti Asuhan Dhea Ravea Eka Putri
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art5

Abstract

Self-concept  is  an  individual  view  about  their  self  based  on  a  variety  of experiences during their life. This topic is interesting to be examined in orphanage context, because adolescents have various experiences in their life before and during their stay in the orphanage. Aim of this study was to understand the role of positive thinking training onadolescents’ self-concept who lived in an orphanage. This research was quasi-experimenta lwith nonrandomized pre-test post-test control group design model. Measuring instruments used self-concept scale. Subjects of this study were 30 adolescents who live in Al-Hidayah Batu orphanage, and were in the age range 13-17 years and have low and medium selfconceptscore category. Subject selection technique used purposive sampling. However, for subject’s classification on experimental and control group used random sampling method. Analysis used Independent Sample t-Test, and p= 0,003 (p<0,05). The conclusion was positive thinking training could improve self concept of adolescents who lived in orphanages.Keywords: positive thingking training, self concept, orphanage, adol
Perceived Employabillity: Peranan Career Calling dan Strategi Karir Sebagai Mediator Diyah Arini Lestari; Erika Setyanti Kusumaputri
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art6

Abstract

This study aims to determine the relationship between career calling andperceived employability through career strategies as mediator on professional workers in Yogyakarta. Participants in this study are professional workers totaling 48 workers (N=48). Perceived employability scale, career calling scale and career strategy scale were used for data collection. Path analysis with bootstrapping techniques were used to analyze the data. The results of path analysis showed there is a direct influence of career calling on perceived employability without going through career strategy . Keywords: career calling, perceived employability, career strategies
Penerimaan Diri Sebagai Mediator Hubungan antara Religiusitas dengan Kecemasan pada Penyandang Diabetes Mellitus Tipe 2 Mariyana Widiastuti; Kwartarini Wahyu Yuniarti
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 22 No. 1 (2017)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol22.iss1.art1

Abstract

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang bersifat kronis dan penyandangnya tidak dapat sembuh secara sempurna. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pasiendiabetes rentan mengalami kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara religiusitas dengan kecemasan melalui penerimaan diri sebagai mediator pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini melibatkan 78 orang penyandang diabetes mellitustipe 2 yang berusia 40-70 tahun. Pengumpulan data menggunakan 3 alat ukur yaitu SkalaReligiusitas, Skala Penerimaan Diri dan Skala Kecemasan. Data dianalisis menggunakan analisis mediasi Sobel test. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ada 3, yaitu: (1) ada hubungan negatif antara tingkat religiusitas dengan kecemasan pada penyandang diabetes mellitus tipe 2,(2) ada hubungan positif antara tingkat religiusitas dengan penerimaan diri pada penyandang diabetes mellitus tipe 2, (3) ada hubungan negatif antara tingkat religiusitas melalui penerimaan diri dengan kecemasan pada penyandang diabetes mellitus tipe 2. Hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dengan kecemasan pada penyandang diabetes tipe 2, dengan (β) sebesar -0,5912; p=0,0263 (p<0,05). Ada hubunganpositif yang signifikan antara religiusitas dengan penerimaan diri pada penyandang diabetes tipe2, dengan (β) sebesar 0,5134; p=0,0006 (p<0,01). Analisis mediasi Sobel Test menunjukkan ada hubungan negatif antara religiusitas melalui penerimaan diri dengan kecemasan pada penyandang diabetes tipe 2 sebesar -0,6961; p=0,0019 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkanbahwa penerimaan diri menjadi mediator hubungan antara religiusitas dengan kecemasan pada penyandang diabetes tipe 2.Kata kunci: religiusitas, penerimaan diri, kecemasan, diabetes mellitus tipe 2

Page 1 of 1 | Total Record : 6